Rabu, 23 Oktober 2013

Ramadhan Ala SMAGI

           Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh keberkahan. Tiap tahun SMAN 1 Giri menyelenggarakan acara untuk menghormati bulan suci ini, yaitu acara pondok ramadhan. Pondok ramadhan ini diselenggarakan oleh panitia ROHIS (Rohanian  Islam). Tahun ini pondok ramadhan diikuti oleh seluruh siswa siswi kelas X – XI yang beragama islam. Namun di tahun tahun yang lalu, acara ini hanya diikuti oleh siswa siswi kelas XI yang sekarang duduk dikelas XII. Pondok ramadhan ini berlangsung selama tiga hari. Akan tetapi, kali ini rohis mengadakan perubahan. Pondok ramadhan yang diadakan pada tanggal 22 Juli 2013 berlangsung selama satu minggu. Tiga hari pertama (Senin - Rabu) diikuti oleh siswa kelas X dan tiga hari berikutnya (Kamis – Sabtu ) diikuti oleh siswa kelas XI. Selama tiga hari siswa siswi yang beragama islam wajib mengenakan busana muslim. Pakaian yang tidak ketat dan menutup aurat. Ciri khas balutan sarung dan songkok yang dikenakan siswa dan rok panjang yang dikenakan siswi membuat suasana berbeda. Siswi yang biasanya di sekolah tak memakai kerudung, di acara pondok ramadhan ini diajarkan untuk menutup aurat dengan berkerudung dan tidak diperbolehkan memakai celana jeans. Bu Nanik selaku pembina rohis selalu mengatakan “pakailah celana manusia, jangan memakai celana jeans”. Namun tetap masih ada siswi yang memakai jeans, dari sinilah panitia berusaha tegas dengan memberikan teguran agar siswi tidak lagi melanggar aturan. Bukan maksud untuk menjatuhkan atau mempermalukan namun hanya teguran agar merubah sikap.
         Pondok ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan siswa siswinya. Mengajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah yang tulus dan ikhlas. Dari pagi sampai sore siswa berada di sekolah. Kegiatan sholat duha dan membaca Al-Quran mengawali pagi yang penuh berkah. Sholat duha, sholat duhur dan sholat ashar dilaksanakan di musholla sekolah. Tak hanya itu, siswa juga mendapat bimbingan dan tausiyah dari ustadz dan ustadzah. Pasti membosankan jika hanya duduk manis sambil mendengarkan tausiyah, oleh karena itu guru pembimbing memberikan berbagai games untuk refreshing. Memang melelahkan seharian berada di sekolah, namun jika dilaksanakan dengan niat yang ikhlas pasti akan mendapat pahala.
                Tiga hari pertama (Senin – Rabo) siswa kelas X dibebaskan dari pelajaran sekolah. Dan untuk tiga hari berikutnya (Kamis – Sabtu) siswa kelas XI free time dari pelajaran. Setelah sholat duha dan membaca Al-Quran siswa memasuki aula untuk mendapatkan motivasi. Banyak kegiatan yang dilakukan seperti ESQ, sesi tanya jawab, dll. Memasuki waktu duhur siswa melaksanakan sholat berjamaah di musholla. Selesai sholat siswa memasuki ruangan masing-masing untuk mendengarkan materi tausiyah dari BIKA (Bina Insan Kamil) yang diselingi dengan permainan. Tidak hanya sekedar bermain, tapi permainan yang mengajarkan siswa untuk memanfaatkan apa yang ia punya. Belajar bersyukur dan merasa cukup. Pada hari keempat yaitu hari Kamis, sekolah mengadakan buka bersama untuk kelas X dan XI. Acara ini dikoordinir perkelas. Tak hanya itu, selama di bulan ramadhan siswa yang muslim dari kelas X-XII melaksanakan sholat tarawih di sekolah sesuai jadwal.
Dalam pondok ramahan, laki-laki dan perempuan ditempatkan dalam ruangan yang berbeda. Dalam satu ruangan terdiri dari dua kelas yang berbeda. Dengan begitu siswa bisa berkenalan dengan teman dari kelas lain. Melalui kegiatan ini siswa diajarkan untuk bersosialisasi. Seperti halnya di pesantren yang pasti kental dengan pelajaran agama. Petugas dari BIKA (Bina Insan Kamil) memberikan materi tentang pengetahuan agama islam dan memberikan beberapa motivasi. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui inilah agama islam agama kita. Agama yang mewajibkan pemeluknya untuk berpuasa selama satu bulan. Menahan lapar dan dahaga mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bukan sekedar menahan lapar dahaga, namun menahan diri dari hal-hal yang tidak baik dan menahan hawa nafsu. (@dewika_)
          

BANYUWANGI KOTA BUDAYA

Banyuwangi adalah kota yang mempunyai keindahan alam dan seni yang melimpah. Keindahan pantai, gunung dan hutan yang menakjubkan menjadi ciri khas tersendiri. Beragam seni dari masing-masing desa yang berbeda dan sumber daya alam yang berlimpah ruah. Kekayaan yang dimiliki ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan Banyuwangi. Upaya pengenalan di tingkat Nasional maupun Internasional terus dikerahkan pemerintah yang bertujuan mensejahterakan masyarakat dengan hasil karya masyarakatnya sendiri.
Seni & Budaya Banyuwangi
Banyuwangi kaya akan seni. Tiap-tiap daerah memiliki seni dan budaya yang berbeda-beda. Masing-masing kesenian memiliki makna dan keunikan tersendiri. Hal ini mencerminkan budaya dan tradisi yang kental. Beragam kesenian asli Banyuwangi seperti kesenian Gandrung, Kuntulan, Mocoan Pacul Gowang, Praburoro, Damarwulan, Barong, Jedur Meletuk, Patrol, Jaranan Buto. Kesenian yang berasal dari rakyat secara turun temurun ini sering dipentaskan dalam acara pernikahan dan khitanan. Diiringi dengan alunan musik tradisional dengan menonjolkan ciri khas seninya. Dan juga kesenian Banyuwangi sering muncul di berbagai even. Seperti halnya dengan kesenian barong yang masih dapat dilestarikan sampai saat ini. Sering dijumpai di desa-desa pada acara  pernikahan, khitanan, lomba 17 Agustus dan acara-acara lain yang menampilkan kesenian sebagai penghibur. Namun tak semua kesenian asli Banyuwangi dapat ditampilkan. Seperti halnya Kuntulan. Seni yang berasal dari daerah Rogojampi ini, kini mulai tenggelam seiring perkembangan zaman. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya minat customer terhadap kesenian tersebut. Itu membuat penampil merasa malas untuk berlatih seni. Alangkah beruntungnya kita sebagai warga Banyuwangi jika mampu mempertahankan dan melestarikan kesenian lainnya. Didesa-desa tertentu ada seni yang masih bertahan. Seperti desa Kemiren yang menyimpan beragam budaya dan tradisi. Pengaruh adat istiadat yang membuat wisatawan asing tertarik untuk mengetahui dan mengunjungi Banyuwangi tercinta. Bukan hanya menguntungkan pada faktor ekonomi, namun kesenian ini memberikan hiburan pada penonton. Kepercayaan terhadap nenek moyang masih bisa dirasakan. Kesenian  berbeda ditiap-tiap daerah. Walaupun berbeda tetapi tetap satu dan memiliki makna yang hampir sama.
Di era globalisasi sekarang ini, kesenian yang dulunya sering ditampilkan, kini hampir menghilang. Sejak tahun 2000 kesenian mulai dikalahkan oleh budaya modern. Orang lebih suka mengundang elektone (penyanyi yang diiringi oleh piano) daripada Gandrung dan sejenisnya. Para remaja umumnya lebih memilih untuk menyaksikan konser musik daripada kesenian tradisional. Jarang ditampilkannya kesenian rakyat itu mengakibatkan kesenian tersebut sulit melakukan regenerasi. Para remaja akan menolak meneruskan kesenian rakyat tersebut karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi. Remaja lebih berantusias pada budaya baru.  Namun masyarakatnya belum bisa memilih budaya yang tepat untuk diadopsi.  Budaya tradisional harusnya lebih ditekankan untuk memperkenalkan ciri khasnya. Remaja memegang peran penting sebagai generasi berikutnya.
Kesenian yang masih sering ditampilkan adalah Gandrung, Barong dan Jaranan Buto. Diacara tertentu seperti karnaval 17 Agustus (Hari Kemerdekaan RI) dan upacara adat tertentu masih dapat ditemui kesenian Banyuwangi asli. Namun bagaimana dengan Kuntulan dan kesenian lainnya yang sangat jarang diketahui warga Banyuwangi? Hal ini membuat mundurnya kesenian tradisional. Khususnya kalangan remaja tidak mengetahui kebudayaaan dan seni daerahnya. Untuk itu diperlukan adanya ide baru untuk mengenalkan budaya tradisional ke gernerasi penerus.
Upaya Melestarikan Seni Banyuwangi                         
Kesenian di Banyuwangi memiliki sejarah yang panjang. Patut berbangga sebagai warga Banyuwangi karena kesenian tradisional seperti Jaranan, Barong dan Gandrung masih dapat dilestarikan. Bukan hanya itu, kesenian lainnya harus dipertahankan untuk menyelamatkan kesenian-kesenian itu. Pemerintah Banyuwangi harus turun tangan, misalnya dengan menggelar pertunjukan seni tradisional gratis kepada masyarakat secara rutin. Pemerintah harus memfasilitasi sarana pelatihan dan regenerasi sehingga kesenian tersebut masih dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Tanpa investasi dari pemerintah, mustahil kesenian tersebut bisa lestari.
Cara lain yaitu dengan menggunakan seni tradisional sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah. Dengan begitu siswa siswi akan tertarik untuk mempelajari. Membuat pentas seni di sekolah agar kesenian tradisional tetap terjaga. Selain itu bisa juga setiap penginapan di Banyuwnagi mengadakan pentas seni untuk memperkenalkan budaya Banyuwangi kepada pengunjung. Memperkenalkan budaya dan seni Banyuwangi di daerah lain dan di mata dunia. Namun harus diiring dengan kemauan tiap-tiap individu untuk melanjutkan kesenian Banyuwangi.